10 Strategi Pencapaian Target MDG's 2015

  1. Membentuk Kelembagaan yang berfungsi mengkoordinasikan Kementerian/Lembaga yang terkait langsung dengan pencapaian target-target MDGs.
  2. Mengintegrasikan target-target indicator pencapaian MDGS sebagai indicator kinerja perencanaan penganggaran di tingkat Nasional dan daerah. Target MDGs menjadi program prioritas nasional, sebagai dasar penyusunan arah kebijakan fiscal dan nota keuangan.
  3. Menerapkan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah untuk program-program pencapaian MDGs yang meliputi Penanggulangan Kemiskikan, Pengurangan Gizi Buruk dan Kurang, Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Bayi, Penanganan HIV dan Sanitasi..
  4. Meningkatkan Dana Perimbangan khususnya Dana Alokasi Khusus berdasarkan target-target pencapaian MDGs. Besarnya DAK dirumuskan berdasarkan variable tingkat rendahnya pencapaian
    target MDGs untuk mengatasi kesenjangan pencapaian target MDGs antar daerah.
  5. Memberikan perhatian khusus terhadap 20 daerah-daerah yang pencapaian target MDGs-nya dibawah rata-rata Nasional.
  6. Memberikan insentif fiscal bagi daerah-daerah yang mampu mencapai target MDGs dan yang berhasil menerapak system jaminan sosial yang menyeluruh.
  7. Mensinergikan anggaran penanggulangan kemiskinan dan memperbesar proporsi dalam bentuk dana perimbangan di daerah. Persoalan utama anggaran kemiskinan saat ini adalah efektivitas dan efisiensi alokasi angaran.
  8. Mengimplementasikan anggaran responsive jender dan pro poor budget dalam perencanaan penganggaran di tingkat Nasional dan Daerah.
  9. Meningkatkan alokasi anggaran kesehatan minimal 5% dari PDB. Saat ini pengeluaran kesehatan Indonesia terendah di kawasan Asia Tenggara, bahkan hanya 1/3 dari anggaran kesehatan Filiphina yang Strategi Akselerasi Pencapaian Target MDG's 2015 berada diurutan kedua terendah.
  10. Memperbaiki system data base kependudukan sebagai basis data pencapaian indicator MDGs dan penggunaan data terpilah berdasarkan gender. Indikator MDGs khususnya kematian Ibu dan anak merupakan data yang paling tidak up to date memiliki banyak versi.
 

Prinsip - Prinsip Good Governance

Adapun prinsip-prinsip utama ’good governance’

§  Sustainability
§  Subsidiarity
§  Equity
§  Efficiency
§  Transparency and Accountability
§  Civic Engagement and Citizenship
§  Security


1.    Sustainability

Terdapatnya keseimbangan antara kebutuhan social, ekonomi dan lingkungan untuk masa sekarang dan generasi masa mendatang. Perlu adanya komitmen yang jelas dan kuat terhadap usaha pengurangan kemiskinan. Pimpinan untuk semua segmen masyarakat perlu memiliki visi jangka panjang dan strategis untuk pembangunan berkelanjutan dan mampu mengorganisir segenap sumber daya dan dana dan kepentingan untuk tujuan bersama yang lebih baik

Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan:
  • melakukan konsultasi dengan stakeholders untuk menyepakati visi dan misi strategis daerah melalui perencanaan strategis secara partisipatif
  • melakukan proses konsultasi untuk perencanaan lingkungan dan manajemen dari penggunaan sumber daya secara lebih berhati-hati dengan memperhitungkan dampak negatifnya untuk generasi mendatang
  • mengitegrasikan pengurangan kemiskinan kedalam perencanaan daerah
  • melestarikan historical dan cultural heritage
  • memastikan kemampuan keuangan untuk mempromosikan kegiatan ekonomi melalui partisipasi masyarakat dalam kehidupan ekonomi daerah
  • promosi transfer teknologi


2.    Subsidiarity

Pendelegasian kewenangan dan sumber daya ke level yang terdekat dengan penyediaan pelayanan konsisten dengan prinsip pelayanan yang efisien dan cost effective. Ini akan mengoptimasikan potensi keterlibatan masyarakat dalam proses ’governance’ pelayanan. Desentralisasi dan demokratisasi lokal akan memperbaiki responsiveness kebijakan dan usaha penyediaan pelayanan yang memnuhi keinginan masyarakat

Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan:
  • pengembangan kerangka pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab dalam pelayanan umum dari level kabupaten/kota kepada kecamatan/kelurahan/desa
  • peraturan daerah yang memungkinkan organisasi masyarakat sipil dapat berpartisipasi dalam masalah-masalah penyediaan pelayanan umum untuk meningkatkan ’responsiveness’ pemerintah daerah dalam pelayanan kepada masyarakat
  • transfer dana yang transparan dan pemberian dukungan pengembangan kapasitas adminsitratif, teknikal dan manajemen pada tingkat kecamatan/kelurahan


3.    Equity

Berkaitan dengan akses kepada pengambilan keputusan dan ’basis necessities’ (kebutuhan dasar) kehidupan. Pria dan wanita memiliki akses yang sama dalam partisipasi pengambilan keputusan, penetapan prioritas dan proses alokasi sumber daya. Daerah yang baik ádalah yang memberikan desempatan lepada semua baik yang miskin, remaja atau lansia, kelompok minoritas, CACAT dengan akses yang sama terhadap penyediaan nutrisi, pendidikan, desempatan verja, perawatan kesehatan, perumahan, penyediaan air bersih, sanitasi dan lain-lain pelayanan dasar

Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan:
  • memastikan bahwa laki dan perempuan mempunyai akses yang sama kepada pengambilan keputusan, sumber daya, pelayanan dasar (melalui gender disaggregated data)
  • mengembangkan kuota untuk perwakilan perempuan in pemerintahan daerah dan memberikan peluang untuk mencapai posisi/jabatan tinggi dalam pemerintahan daerah
  • memastikan kebijakan ekonomi mendorong sektor informal
  • mempromosikan security land tenure (land and property)
  • menghilangkan semua hambatan dalam urusan pelayanan umum dan keuangan
  • menciptakan kerangka regulasi daerah yang ‘fair’ dan ‘predictable’


4.    Efficiency

Mengutamakan prinsip efisiensi dalam penyediaan pelayanan umum dan didalam mempromosikan pengembangan ekonomi local. Daerah perlu mengelola keuangannya dengan baik dan cost effective juga dalam mengelola sumber-sumber pendapatan dan belanja; administrasi pelayanan umum berbasis ’competitiveness’, keterlibatan sektor swasta dan masyarakat dalam perekonomian daerah.

Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan:
  • penyediaan dan rgulasi pelayanan umum melalui kemitraan dengan sektor swasta dan masyarakat sipil
  • mempromosikan ’user pay principles’ yang adil untuk pelayanan pemda dan infrastruktur
  • mempromosikan ’management contracts’
  • mengintegrasikan perencanaan dan pengelolaan antar sektor
  • efisiensi dan efektifitas dalam pengumpulan pendapatan daerah
  • penghilangan hambatan-hambatan dalam pengurusan pelayanan

5.    Transparency and Accountability

Pertanggung jawaban pemerintah daerah kepada masyarakatnya merupakan hal terpenting dalam good governance. Korupsi perlu diberantas karena dapat mengurangi kredibilitas pemerintah daerah dan memperparah kemiskinan penduduk. Transparensi dan akuntabilitas adalah penting untuk stakeholders memahami pemerintahan daerah dan mengetahui bagaimana, apa dan siapa penerima manfaat dari pengambilan keputusan pemerintah daerah. Perundangan dan kebijakan publik mesti transparan. Pimpinan daerah perlu memperlihatkanstandard integritas professional dan pribadi yang tinggi. Partisipasi masyarakat  merupakan elemen kunci dalam memperomosikan transparansi dan akuntabilitas

Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan:
·         mendorong konsultasi publik untuk masalah-masalah berkaitan dengan keuangan daerah melalui mekanisme participatory budgeting; tender transparan dan prosedur pengadaan (procurement)
·         penggunaan ’integiry pacts’ dan monitoring mekanisme pengadaan
·         internal dan external audit untuk laporan keuangan tahunan dan diseminasikan ke publik untuk dibahas
·         penghilangan insentif untuk melakukan korupsi
·         penghilangan hambatan dalam pengurusan perizinan
·         simplifikasi sistem retribusi dan pajak daerah
·         mengembangkan ‘code of conduct’
·         mengembangkan stándar akuntabilitas dan penyediaan pelayanan seperti ISO
·         menciptakan mekanisme umpan balik (feedback) seperti ombudsman, hotlines, prosedur penyampaian komplain, citizen report cards
·         mempromosikan hak Publik untuk mengakses informasi pemerintahan daerah
·         akses bagi investor terhadap informasi pemerintahan daerah


6.    Civic Engagement and Citizenship

Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan:
  • mempromosikan demokratisasi lokal melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan
  • pengembangan regulasi yang memungkinkan masyarakat sipil dapat berpartisipasi secara efektif dalam komite perencanaan diberbagai perinkat pemerintah daerah
  • pembentukan ’city watch’ groups
  • mempromosikan mekanisme public hearing, citizen forum


7.    Security

Setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan keamanan. Kekurang keamanan akan meningkatkan marginalisasi kelompok masyarakat miskin. Daerah perlu menghindarkan conflict dan disasters dengan mengikut sertakan masyarakat dalam pencegahan konflik dan pencegahan bencana alam.

Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan:
  • menciptakan iklim damai dan toleran melalui public campaign
  • meningkatkan rasa aman dilingkungan kelompok masyarakat miskin melalui penyediaan akses ke lapangan kerja, kredit, pendidikan dan pelatihan
  • menerapkan perencanaan lingkungan hidup berbasis partisipasi masyarakat
  • menangani permasalahan keamanan bagi kelompok-kelompok rawan seperti perempuan, remaja melalui pelatihan
  • meningkatkan fungsi-fungsi kepolisian
  • meningkatkan kesadaran akan resiko dari bencana alam dan merumuskan rencana pencegahan bencana alam berbasis partisipasi masyarakat
  • penyusunan emergency plan disemua unit kerja pemerintah daerah
  • penyusunan rencana tindak untuk menghindarkan kekerasan terhadap perempuan, anak-anak dan keluarga

(sumber: UN HABITAT)


 

Materi Teknik Fasilitasi Partisipaitf

I.   Pengantar Pendidikan Orang Dewasa
I.    Pendahuluan
Banyak upaya-upaya peningkatan kemampuan konsultan melalui berbagai pelatihan. Pada umumnya mereka adalah "orang dewasa" yang telah mempunyai berbagai pengalaman baik dalam bidang pekerjaannya maupun pengalaman lain dan mempunyai latar belakang yang beragam. Karena itu dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala bangku sekolah, atau pendidikan tradisional.
Pendidikan ala sekolah ini sering disebut dengan pendekatan Pedagogis. Seringkali, dalam praktek banyak "pendekatan pedagogis" diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan bagi aparat pemerintah, yang seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan "kematangan", "konsep diri" peserta dan "pengalaman peserta". Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education) atau Andragogi.
II. Pengertian
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina. Disamping itu, ada istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.
Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pelatihan bagi orang dewasa.
Dengan demikian maka kalau ditarik pengertiannya sejalan dengan pedagogi, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)



III.       Asumsi-Asumsi Pokok
Malcolm Knowles dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
1.   Konsep Diri
Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.
Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan.
2.   Peranan Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman).
al ini menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.
3.   Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya.
Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.
Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
4.   rientasi Belajar
Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi.
Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.
Beberapa Implikasi Untuk Praktek. Dari uraian tersebut di atas telah diperoleh dan disimpulkan beberapa perbedaan teoritis dan asumsi yang mendasari andragogi dan pedagogi (konvensional) yang menimbulkan berbagai implikasi dalam praktek.
Dalam pedagogi atau konvensional, karena berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation) maka implikasi yang timbul pada umumnya peranan guru, pengajar, pembuat kurikulum, evaluator sangat dominan. Pihak murid atau peserta pelatihan lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai "Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal sebagai berikut:
·         Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu disampaikan yang bersifat standard dan kaku.
·         Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda & teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran.
·         Pengembangan rencana dan bentuk urutan (sequence) yang standard dan kaku
·         Adanya standard evaluasi yang baku untuk menilai tingkat pencapaian hasil belajar dan bersifat kuantitatif yang bersifat untuk mengukur tingkat pengetahuan.
·         Adanya batasan waktu yang demikian ketat dalam "menyelesaikan" suatu proses pembelajaran materi pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan pendekatan partisipatif, dalam proses belajar yang melibatkan elemen-elemen:
·         Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri.
·         Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif
·         Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik
·         Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar
·         Merencanakan pola pengalaman belajar
·         Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang memadai
·         Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar. Ini adalah model proses.
Oleh karena itu dalam memproses interaksi belajar dalam pelatihan orang dewasa kegiatan dan peranan fasilitator bukanlah memindahkan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta pelatihan. Peranan dan fungsi fasilitator adalah mendorong dan melibatkan seluruh peserta dalam proses interaksi belajar mandiri, yaitu proses belajar untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapinya, memahami kebutuhan belajarnya sendiri, dapat merumuskan tujuan belajar, dan mendiagnosis kembali kebutuhan belajarnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Dengan begitu maka tugas dan peranan fasilitator bukanlah memaksakan program atau kurikulum dari atas, dari instansi, dari dinas, yang mereka buat di atas meja terlepas dari kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi.
IV.    Langkah-Langkah Pokok Dalam Pelatihan Partisipatif (Andragogi)
Berdasarkan pada implikasi andragogi untuk praktek dalam proses pembelajaran kegiatan pelatihan, maka perlu ditempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut:
1.       Menciptakan Iklim Pembelajaran yang Kondusif
Ada beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan suasana yang kondusif untuk proses pembelajaran, yaitu:
a.    Pengaturan Lingkungan Fisik
Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur dimana orang dewasa merasa terbiasa, aman, nyaman dan mudah. Untuk itu perlu dibuat senyaman mungkin:
o    Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang dewasa
o    Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik orang dewasa
o    Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi sosial
b.   Pengaturan Lingkungan Sosial dan Psikologis
Iklim psikologis hendaknya merupakan salah satu faktor yang membuat orang dewasa merasa diterima, dihargai dan didukung.
o    Fasilitator lebih bersifat membantu dan mendukung
o    Mengembangkan suasana bersahabat, informal dan santai melalui kegiatan Bina Suasana dan berbagai permainan yang sesuai
o    Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk menyatakan pendapat tanpa rasa takut.
o    Mengembangkan semangat kebersamaan
o    Menghindari adanya pengarahan dari "pejabat-pejabat" pemerintah
o    Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama
2.       Diagnosis Kebutuhan Belajar
Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada keterlibatan seluruh warga belajar atau peserta pelatihan di dalam suatu proses melakukan diagnosis kebutuhan belajarnya:
·         Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena dampak langsung atas kegiatan itu
·         Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal yang diharapkan
·         Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan
·         Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, misalkan kompetensi tertentu
3.       Proses Perencanaan
Dalam perencanaan pelatihan hendaknya melibatkan semua pihak terkait, terutama yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pelatihan tersebut. Tampaknya ada suatu "hukum" atau setidak tidaknya suatu kecenderungan dari sifat manusia bahwa mereka akan merasa 'committed' terhadap suatu keputusan apabila mereka terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan:
·         Libatkan peserta untuk menyusun rencana pelatihan, baik yang menyangkut penentuan materi pembelajaran, penentuan waktu dan lain-lain
·         Temuilah dan diskusikanlah segala hal dengan berbagai pihak terkait menyangkut pelatihan tersebut
·         Terjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi ke dalam tujuan yang diharapkan dan ke dalam materi pelatihan.
·         Tentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara pihak terkait siapa melakukan apa dan kapan.
4.       Memformulasikan Tujuan
Setelah menganalisis hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan yang disepakati bersama dalam proses perencanaan partisipatif. Dalam merumuskan tujuan hendaknya dilakukan dalam bentuk deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas.
5.       Mengembangkan Model Umum
Ini merupakan aspek seni dan arsitektural dari perencanaan pelatihan dimana harus disusun secara harmonis antara beberapa kegiatan belajar seperti kegiatan diskusi kelompok besar, kelompok kecil, urutan materi dan lain sebagainya. Dalam hal ini tentu harus diperhitungkan pula kebutuhan waktu dalam membahas satu persoalan dan penetapan waktu yang sesuai.
6.       Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran
Dalam menetapkan materi dan metoda atau teknik pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·         Materi pelatihan atau pembelajaran hendaknya ditekankan pada pengalaman-pengalaman nyata dari peserta pelatihan
·         Materi pelatihan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan berorientasi pada aplikasi praktis
·         Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya menghindari teknik yang bersifat pemindahan pengetahuan dari fasilitator kepada peserta
·         Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya tidak bersifat satu arah namun lebih bersifat partisipatif.
V.       Peranan Evaluasi
Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
·         Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran / pelatihan
·         Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta pelatihan itu sendiri (Self Evaluation)
·         Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan
·         Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat.
·         Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program pelatihan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program
·        

Tips
Suasana Belajar Bagi Orang Dewasa
Setiap bentuk program pendidikan bagi orang dewasa, harus ditunjang interaksi dan kegiatan program yang mampu mengimbanginya. Untuk membentuk interaksi program yang mampu menunjang pencapaian tujuan program, maka fasilitator harus dapat merancang dan membentuk suasana belajar yang dapat diikuti oleh warga belajar. Pendidikan orang dewasa dilakukan dengan pengelompokkan sesuai dengan minat atau kebutuhan , bukan suatu kelas atau jenjang.
Bentuklah suasana belajar yang penuh keakraban dan tidak menegangkan. Membentuk suasana belajar yang bersifat non – formal, dalam arti :
·         Kumpulan manusia aktif.
·         Suasana hormat menghormati.
·         Suasana harga menghargai.
·         Saling percaya.
·         Suasana penemuan diri.
·         Suasana keterbukaan.
·         Suasana mengakui kekhasan pribadi.
·         Suasana membenarkan perbedaan.
·         Suasana mengakui hak untuk berbuat salah.
·         Suasana membolehkan keraguan.
·         Evaluasi bersama dan evalusi diri.
 
Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan perilaku.









Metode Pendidikan Orang Dewasa
Metode pendidikan orang dewasa adalah suatu teknik penyampaian materi pembelajaran yang diatur sedemikian rupa sehingga tujuan belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam penyampaian materi, metodologi yang akan digunakan adalah metode – metode yang mempermudah dan mempercepat proses pemahaman pengetahuan, sikap dan proses penguasaan aplikasinya.
Metodologi yang dipilih yang memungkinkan terciptanya partisipasi aktif dari para peserta, saling bertukar pengalaman di antara peserta dan fasilitator yang memperlakukan peserta sebagai orang dewasa bukan sebagai murid sekolah. Metode yang paling efektif adalah belajar dengan bekerja.

 
 






II. PRINSIP-PRINSIP DASAR FASILITASI
1.   PENGERTIAN FASILITASI

Bagi mereka yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat istilah fasilitasi adalah sering digunakan. Sayangnya istilah ini sering digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda dengan pengertian yang berbeda pula.
Dalam pembahasan ini fasilitasi diartikan sebagai “Proses mempermudah sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu”. Atau bisa juga diartikan “ Melayani dan memperlancar suatu kegiatan untuk mencapai tujuan”. Sedangkan orang yang Mempermudah, Melayani, dan memperlancar itu disebut “faslitator

2.   NILAI-NILAI DALAM MEMFASILITASI
v  DEMOKRASI : Nilai utama yang harus dalam pikiran seorang fasilitator adalah demokratis dalam melaksanakan setiap fasilitasi. Dalam hal ini seorang faslitator memmiliki asumsi setiap orang memiliki hak dan kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa adanya prasangka dan diskriminatif. Perencanaan yang dibuat dilakukan secara bersama dan di rancangsedemikiian rupa unntuk kebutuhan peserta. Perencanan dan rancangan yang telah dibuat masih terbuka peluang untu dilakukan perubahan sepanjang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan peserta. Dalam proses memfasilitasi interaksi antara fasilitator dengan peserta bukan struktur yang hirarkir tetapi fasilitator merupakan  bagian yang setara denganyang lain dalam mencapai  suatu tujuan
v  TANGGUNG JAWAB : Pada prinsipnya  setiap orang bertanggung jawab kewajiban peran yang dibebankan kepadanya, termasuk prilaku dan pengalaman-pengalaman hidupnya. Fasilitator memiliki peran dankewajiban terhadap rencana yang telah disusun dan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pertemuan. Harapan peran  tersebut hanya mungkin dapat terealisasi jika adanya komitmen yang kuat dan nilai tanggung jawab yang tinggi dalam kegiatan fasilitatsi ini.
v  KERJASAMA : suatu kegatan yang melibatkan banyak orag dalam proses pelaksanaanny hanya  mungkin dapat terealisasi jika adanya kerjasama yang solid  diantara sesama pelaku kegiatan tersebut.Ini berarti nilai kerjasama berperan utama dalam suatu prosses fasilitasi.
v  KEJUJURAN : fasilitator harus memliki nilai-nilai kejujuran dalam dirinya termasuk atas pikiran, perasaan, keprihatinan dan prioritas dalam mencapai tujuan.Artinya fasilitator harus jujur terhadp peserta dan terhadp dirinya sendiri  terutama yang menyangkut kemampuan dan kelemahan yang dia miliki. Fasilitator harus mewakili dirinya sendiri secara adil dan tidak berusaha berbuat terlalu jauh diluar kemampuannya.

v  KESAMAAN DERAJAT: Setiap orang pada dasar memiliki potensi diri yang mungkin dapat disumbangkan kepada orang lain untuk itu  setiap peserta harus diberikan  kesempatan yang adil tanpa  harus mempertimbangkan status yang dimilikinya. Fasilitator harus menyadari bahwa  dia dapat saja belajar dari peserta sebagaimana peserta dapat belajar  dari pengetahuan, kterampilan dan pengalaman yang dimilikinya.

3.   SIKAP FASILITATOR
Sikap failitator sangat berpengaruh besar bagi peserta daripada tujuan, dan teknik fasilitasi itu sendiri.Sikap mental dan sikap tubuh saling mempengaruhi. Sikap mntal seseorang tercermin dari pada sikap tubuhnya. Orang yang sikap mentalnya sombong biasanya kelihatan dari sikap dan gerak tubuhnya.Seorang fasilitator harus memilikii sejumlah sikap mental dan sikap tubuh yang dianggap ideal dalam suatu proses fasilitasi:

3.1.      SIKAP MENTAL
Sikap pembimbing bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar. Sikap yang perlu untuk menciptakan proses belajar sebuah kelompok adalah sebagai berikut :
1)       Empati
Berarti menyetel pada gelombang pemancar yang sama dengan peserta, yakni mencoba melihat situasi sebagaimana peserta juga melihatnya, berada dan bersatu dengan peserta, membiarkan diri sendiri menyatu dengan pengalaman peserta, merenungkan pengalaman tersebut sambil menekan penilaian sendiri, lalu mengkomunikasikan pengertian itu kepada mereka, bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta hanya secara intelektual, ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka.
2)       Wajar
Berarti jujur, apa adanya, terus terang, konsisten, terbuka, mencerminkan perasaan yang sebenarnya, mengatakan apa adanya, secara sadar menghindari peran sebagai pengajar, mengungkapkan perasaan secara konkret, dan merespon secara tulus.
3)       Respek
Berpandangan positif terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan mereka.
4)       Komitmen
Menghadirkan diri secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan, mengakui secara jujur kalau merasa bosan atau pikiran melayang jauh, melibatkan diri dalam suka duka.
5)       Mengakui kehadiran orang lain
Mengakui adanya orang lain, tidak menonjolkan diri agar orang lain berkesempatan mengungkapkan diri, bergaul dengan mereka, menunjukkan kepada mereka bahwa ‘saya sadar akan kehadirannya’, mengakui tiap peserta sebagai makhluk bebas yang berhak ada di sana dan bertanggungjawab atas kehadirannya.
6)       Membuka diri
Dalam hal ini keterbukaan mempunyai dua segi : 1) Pertama menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran konsep dan pengalaman kita sendiri, setiap saat bersedia mengubah sikap, pendapat dan konsep kita sendiri, tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemungkinan – kemungkinan baru; 2) Kedua, secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa mharapan saya, bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya, mau mengambil risiko melakukan kekeliruan.
7)       Tidak menggurui
Mengingat bahwa peserta adalah orang dewasa yang mempunyai keahlian sendiri, pengalaman sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam lingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta sebagai meremehkan.
8)       Tidak menjadi ahli
Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan – akan fasilitator harus ahli dalam segala bidang.
9)       Tidak memutus bicara
Pada waktu peserta bertanya atau mengemukakan pendapatnya fasilitator jangan memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar.
10)   Tidak berdebat
Bersoal jawab dengan satu orang saja di tengah – tengah sekian banyak peserta dapat menimbulkan kebisanan.
11)   Tidak diskriminatif
Merupakan hal yang baik kalau pembimbing berusaha untuk memberi perhatian secara merata, bukan hanya kepada satu atau dua orang peserta saja yang disukai secara pribadi.
3.2.      SIKAP FISIK
v  VARIASI : Bagi peserta dewasa tidak mudah memusatkan perhatian pada suatu kegiatan yang monoton. Fasilitator yang duduk terus menerus atau berdiri di satu titik saja lebih cepat membuyarkan konsentrasi peserta. Duduk terus apalagi dibelakang meja, mengurangi rasa akrab dengan peserta. Sebaiknya fasilitator duduk, berdiri, dan berjalan secara silih berganti.
v  PANDANGAN: Tiada yang lebih membosankan daripada memusatkan perhatian pada “penceramah” yang membaca catatan tanpa pernah atau  jarang memandang para peserta. Peliharalah kontak pandangan dengan para peserta.
v  Hindari memandang peserta tertentu terus menerus, apalagi yang mempunyai kelebihan dalam kedudukan atau fisik. Pandangan yang menyapu dari ujung ke ujung lain , menyinggahi sebanyak mungkin peserta adalah yang terbaik, fasilitator sendiri dapat menangkap umpan balik berupa komunikasi non verbal seperti anggukan, kerut dahi, cibir bibir dan sebagainya. Hindari memandang langit-langit ruangan atau titik didinding melampaui kepala peserta, secara terus menerus.
v  TANGAN: Sama hal dengan seorang actor film baru belajar, fasilitator baru juga suka tidak tahu mesti berbuat apa dengan tangannya. Akan nampak sebagai tanda kegelisahan kalau pembimbing meremas-remas kapur, tangan tidak henti-hentinya membetulkan kaca mata atau kemeja. Tolak pinggang dan tangan dalam saku celana ditafsirkan sebagai keangkuhan dan kesombongan.
v  LANGKAH : Melangkah mundur maju, kekiri dan kekanan tanpa perlu memberi kesan ketegangan. Melangkahlah dengan cara yangmeyakinkan pada suatu titik, kalau perlu tanpa mengesankan keraguan.
v  SENYUM: Modal yang paling berharga bagi seorang fasilitator adalah senyumnya. Bukan senyum dibuat-buat, tapi senyumyang terpancar dari jiwa keramahan dan keakraban dengan peserta. Wajah yang bengis mungkin menimbulkan rasa takut.
v  PAKAIAN: Perlu diperhatikan juga masalah pakaian yang dikenakan fasilitator. Biasanya peserta senang melihat fasilitator mengenakan pakaian yang tidak jauh berbeda dengan peserta, sehingga bisa cukup akrab untuk memotivasi keterbukaan, kerapian sangat dihargai, kemewahan tidak perlu, malah dihindari dalam lingkungan yang miskin.
III.     TEKNIK DAN PROSES PELAKSAAN FASILITASI
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh seorang fasilitator  pada saat melakukan fasilitasi:
·         Isi / Konten, yaitu materi atau pokok bahasan yang sedang ditangani, dikelola atau dipelajari, dan didiskusikan
·         Proses,yaitu bagaimana langkah-langkah atau caranya seluruh peserta melakukan interaksi
v   Fasilitator hendaknya berhati-hati untuk tidak membiarkan minatnya hanya terpaku dalam membahas materi.
v   Pada umumnya fasilitator semakin mampu menjaga kendali atas dirinya sendiri, dan tidak banyak terlibat dalam proses belajar, semakin baik fasilitator tersebut melakukan fasilitasi
v   Fasilitator harus bisa memfokuskan perhatiannya pada proses dan menempatkan posisi berada diluar kelompok, agar dapat melakukan fasilitasi dengan baik
Berikut ini ada beberapa uraian umum yang berguna bagi fasilitator dalam memahami apa yang terjadi dalam proses fasilitasi diantaranya:

1.        Komunikasi/ dinamika kelompok
2.        Menyusun pertanyaan

1.       KOMUNIKASI/DINAMIKA KELOMPOK
Komunikasi merupakan hal yang paling utama dalam fasilitasi. Keefektifan seorang fasilitator tergantung pada kemampuannya dalam berkomunikasi dengan baik. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik adalah  keterampilan, dan seperti keterampilan lainnya paling baik mendapatkannya melalui praktek dan kritik pribadi.
v  Sesuaikan diri dengan peserta: Sesuatu yang begitu jelas pada seseorang atau fasilitator mungkin mempunyai arti yang sama sekali berbeda dengan peserta. Tiap orang mempunyai pengalaman yang saling berbeda satu dengan yang lain. Sebagai akibatnya, mungkin mereka memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap kata-kata, tanda-tanda dan mimik dari pada yang dimaksud. Untuk mengurangi kemungkinan ini sesuaikan:
Ø   Bahasa Anda: Pastikan istilah-istilah yang sudah yang dipergunakan adalah istilah- istilah yang sudah umum digunakan peserta. Jangan menggunakan istilah-istilah teknik atau kata-kata yang hanya umum digunakan oleh suatu profesi atau bidang studi tertentu. Hindari istilah asing selama  sudah ada bahasa Indonesianya.
Ø   Gaya dan penampilan fasilitator: Cara berpakaian, membawa diri, dan melakukan interaksi dengan yang lain  akan mempengaruhi sebera baik fasilitator menyesuaikan diri dengan peserta. Pada umumnya apabila fasilitator tampil secara informal, dan merasa senang dengan peserta, hal ini akan membantu mereka merasa santai. Jangan berpakaian atau bertindak dengan cara-cara yang dapat memberikan kesan yang palsu atau negatif.
v  Belajarlah untuk mendengar: Sebenarnya mendengar jauh lebih sukar daripada yang disadari orang. Hampir seluruh waktu kita ketika seseorang sedang berbicara pada kita, kita sebenarnya tidak sedang mendengarkannya dengan sungguh-sungguh; kita hanya memikirkan tentang apa yang kita katakan dalam memberi jawaban.

Ø   Bilamana sedang mendengarkan seseorang usahakan agar tidak dengan segera melakukan evaluasi tentang apa yang sedang dikatakan.
Ø   Upayakan untuk memahami apa yang dimaksud atau arti sebenarnya menurut persfektif orang lain. Hal ini bukan hanya memperoleh pemahamanlebih baik, tetapi lebih bermakna ditinjau dari sudut pandang orang lain.
v  Sadari apa yang sedang terjadi: Berbagai isyarat baik secara verbal maupun non verbal memberikan petunjuk pada seorang fasilitator tentang bagaimana seseorang sedang memberikan reaksi. Fasilitator boleh mengatur dan menyesuaikan gayanya (dengan berbicara lebih lambat, lebih cepat, pada tingkatan yang lebih kurang cukup rumit, dengan mendorong lebih banyak orang berpartisipasi) atau fasilitator boleh memeriksakan pemahamannya  atas isyarat-isyarat ini bersama peserta dan minta mereka memberikan saran untuk revisi: Beberapa isyarat yang perlu diperhatikan oleh fasilitator:
Ø   Keresahan, Apakah orang sering berpindah, berdiri atau minta permisi keluar? Apakah mereka mendehem atau sedang bercakap-cakap tentang hal lain? Jika demikian, fasilitator mungkin kehilangan mereka. Fasilitator mungkin membosankan bagi mereka, atau berbicara terlalu tinggi pada mereka, atau boleh jadi hanya karena kelelahan biasa.
Ø   Bila mana terjadi keheningan, apakah mereka kelihatan senang atau tidak senang? Dalam sebuah  pertemuan yang tegang, keheningan bisa saja menimbulkan penderitaan. Jika memang ini masalahnya, beberapa hal bisa saja terjadi: orang mungkin saja bisa menjadi bosan karena fasilitator terlalu lambat atau karena bahan-bahan yang dibawakan terlalu sederhana; orang-orang mungkin saja tidak senang dengan pokok bahasan, atau mungkin juga orang merasa malu antara satu dengan yang lainnya dan terlalu percaya diri untuk bicara didepan kelompok
Ø   Apakah orang menatap ketika Anda bicara? Jika demikian, mungkin mereka merasa senang dengan Anda dan tergugah dengan apa yang disampaikan. Jika ada upaya peserta menghindari tatapan mata, mungkin ada sesuatu yang salah atau tidak beres.
Ø   Apakah orang saling memandang satu sama lain bila mereka bicara?. Jika mereka tidak menghindari saling menatap satu sama lain , itu merupakan suatu pertanda bahwa kelompok itu tidak tegang, santai dan biasa-biasa saja. Jika dua orang atau lebih tidak mau saling memandang, atau bicara maka mungkin ada sesuatu yang tidak beres.
Ø   Mimik dan gerak tubuh peserta . Orang sering bersandar didepan dan bertukar posisi bila mana mereka ingin mengatakan sesuatu. Gerak atau mimik dapat mengisyaratkan ketegangan dan suasana santai dari peserta.
Memang tidak satupun dari isyarat ini dapat menceritakan pada fasilitator secara absolut apa yang sedang terjadi. Fasilitator harus cepat menyadari situasi dan mulai menginpretasikannya. Sebaiknya fasilitator mengenal lebih dekat peserta sebelum dapat menginpretasikan isyarat-isyarat tersebut secara meyakinkan.
v  Berikan Umpan Balik: Satu  cara yang baik untuk menguji asumsi ialah memberikan dan meminta umpan balik. Fasilitator bertanya pada peserta apa yang mereka maksudkan dengan sebuah kata tertentu, atau fasilitator menyampaikan persaannya atas apa yang baru mereka katakan. Umpan balik paling baik apabila diberikan dengan segera, karena melihat sesuatu kebelakang atau mengingat kembali sesuatu yang sudah terjadi beberapa waktu yang lalu membuat orang merasa sukar. Pernyataan-pernyataan umpan balik akan lebih membantu bila pernyataan-pernyataan itu:

Ø   Mulailah dengan hal yang positif. Hampir semua orang membutuhkan dukungan yang perlu disampaikan setelah mereka mengerjakan sesuatu. Umpan balik berupa kritik dan saran yang baik disampaikan dengan cara yang benar-benar membantu
Ø   Spesifik. Lebih baik bersifat spesifik dari pada umum, Contoh  “ Anda menabrak dinding”.(spesifik), daripada “ Anda tidak pernah  memperhatikan tujuan Anda”(Umum).
Ø   Tentatif. Lebih baik bersifat tentatif daripada absolut, contoh “ Anda kelihatannya tidak prihatin atas masalah kemiskinan” daripada “Anda tidak peduli terhadap apa yang terjadi”
Ø   Imformatif. Lebih baik menyampaikan imformasi dan mengimformasikan daripada memerintah “Saya belum selesai” dari pada “jangan ganggu saya lagi”
Ø   Berbentuk saran & alaternatif: Lebih baik memberikan saran daripada mengarahkan “ Apakah sudah anda pertimbangkan untuk berbicara dengan Tim mengenai situasi ini ?” dari pada  “Pergi dan temuilah serta bicarakan dengan tim”.
Ø   Tingkah laku. Lebih baik berupa tingkah laku yang bisa diubah dari pada bersifat abstrak “Anda sering mengeluh” dari pada “Anda belum dewasa dan matang”
Ø   Deskriptif dari pada evaluasi. Lebih baik memberikan gambaran tentang sesuatu yang jelas dari pada memberikan penilaian pada orang lain “Nada suara Anda membuat saya merasa kuatir”
v  Perhatikan Pola & Cara bicara: Apa yang dikatakan fasilitator akan menentukan apa yang dapat dikatakan oleh peserta. Jika fasilitator mempertahankan sebagian pembicaraanya pada sesuatu yang dangkal, akan mendapat jawaban yang dangkal pula dari peserta. Apabila fasilitator bersikap terbuka , peserta sering bersikap terbuka pula.
Ø   Pernyataan terbuka: Biarkan  pernyataan-pernyataan anda terbuka terhadap kritik dan penilaian dari peserta. Kesempatan yang paling baik menyatakannya pada awal fasilitasi “Tolong ingatkan saya kalau saya keluar dari pokok bahasan kita, jangan segan-segan peringatkan saya”. “Saya tentunya tidak akan segan-segan memberitahu anda tentang apa yang saya rasakan”. Hal ini mendorong peserta untuk memberikan umpan balik pada fasilitator dan mendorong peserta  untuk mengkritik diri sendiri
Ø   Pernyataan pribadi. Jangan membuat suatu pernyataan tentang orang lain. Kualifikasikan pendapat dan pernyataan yang diberikan adalah pernyataan fasilitator sendiri bukan pernyataan orang lain, Contoh seperti “saya kira/ saya pikir …………”  atau “Menurut saya ……..”
Ø   Komitmen. Fasilitator perlu menunjukkan komitmen dan keprihatinannya terhadap apa yang sedang dikerjakan oleh peserta. Perhatian yang sungguh-sungguh  terhadap sekecil apapun yang ditugaskan kepada  peserta akan dirasakan peserta bahwa mereka tidak sedang dipecundangi.

2.       TEKNIK MENYUSUN & MENGAJUKAN PERTANYAAN

Kemampuan fasilitator untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam suatu fasilitasi merupakan keterampilan yang utama dan mutlak harus dikuasai. Tidak jarang ditemukan proses fasilitasi menjadi terhenti atau salah arah hanya dikarenakan fasilitator mengajukan pertanyaan yang tidak tepat pada saat yang tidak tepat pula. Dal;am banyak hal fasilitator mengajukan pertanyaan dalam proses menstimulasi diskusi, menganalisa suatu masalah, menganalisa proses faslitasi. Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang bermanfaat, konstruktif dari peserta merupakan keterampilan tersendiri. Banyak fasilitator pemula mengalami berbagai kesulitan untuk mengajukan pertanyaan dan kehabisan kata-kata sehingga panik dan bingung.
Mengajukan pertanyaan atau teknik bertanya dalam suatu fasilitasi, sebenarnya sederhana, yang penting adalah taat asas (konsisten) pada prinsip fasilitasi partisipatif. Bahkan tidak ada salahnya kalau fasilitator mengakui saja tidak tahu tentang sesuatu hal yang dipertanyakan kepada peserta. Dalam menyusun terutama mengajukan pertanyaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
o   Rumusan pertanyaan yang diajukan harus yang jelas
o   Pertanyaan yang diajukan perlu disederhanakan
o   Pertanyaan yang diajukan bersifat menantang
o   Pertanyaan yang diajukanperlu khusus

Berbagai Jenis pertanyaan
Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban, pendapat dan gagasan yang bermanfaat, konstruktif dan menstimulasi terjadinya proses diskusi, proses analisis dan evaluasi dari peserta adalah suatu seni, dan itu tergantung pada jenis pertanyaan yang diajukan.
Ada beberapa pertanyan yang dapat digunakan fasilitator sebagai panduan dalam meyusun dan mengajukan pertanyaan :
v  Pertanyaan tertutup: Merupakan pertanyaan yang menghendaki jawaban sederhana, singkat dan tidak memberikan kemungkinan lain didalam menjawab. Biasanya jenis pertanyaan ini hanya ada dua kemungkinan jawaban. Pada umumnya pertanyaan jenis ini dipergunakan untuk mengungkap fakta. Biasanya pertanyaan jenis ini diikuti dengan pertanyaan lain untuk memperdalam dan menjajagi sesuatu lebih jauh lagi.
Ø  Apakah saudara setuju ditempatkan  di Kecamatan?
Ø  Apakah saudara sudah siap untuk mendampingi masyarakat disana?
Ø  Sebagai fasilitator kecamatan, kita harus mendampingi masyarakat dalam situasi dan kondisi apapun, iya kan?
v  Pertanyaan menduga-duga : Pertanyaan yang mengandung dugaan tertentu terhadap pihak yang ditanya. Jawaban yang diharapakan merupakan bagian dari yang dipertanyakan
Ø  Kendaraan apa yang anda gunakan untuk sampai ke pertemuan ini?
Ø  Metode apa yang anda pakai ketika memfasilitasi Musbangdes?
v  Pertanyaan mengarahkan: Merupakan suatu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang telah diarahkan oleh penanya atau dikehendaki. Pertanyaan jenis ini, jawaban yang muncul sudah diketahui oleh penanya.
Ø  PTO Bab berapa yang menjelaskan Open Menu dalam PPK?
Ø  Apakah Saudara senang menjadi FK?
v  Pertanyaan terbuka : Merupakan suatu pertanyaan yang memberikan kebebasan bagi peserta dalam memberikan jawaban gagasan, pendapat dan sebagainya. Pada dasarnya pertanyaan terbuka lebih banyak dipergunakan dipergunakan untuk mengungkapkan gagasan yang bersifat analitis. 
Ø  Bagaimana perasaan anda dengan penggunaan metode partisipatif dalam  pelatian ini?
Ø  Mengapa pemberdayaan masyarakat sangat penting dalam program PPK?.

v  Pertanyaan Hipotetik : Merupkan pertanyaan yang menimbulkan dan memancing praduga dalam memberikan jawaban.
Ø  Apa yang terjadi kalau program PPK tidak menerapkan prinsip open menu?
Ø  Mengapa anda kuarang setuju menerapkan konsep pembangungan dari atas (Top down)?
v   Pertanyaan menyelidik: Pertanyaan ini untuk memperoleh jawaban lebih jauh, lebih dalam terhadap jawaban yang telah disampaikan. Biasanya pertanyaan ini digunakan untuk menindak lanjuti dari pertanyaan sebelumnya, dan biasanya pertanyaannya tertutup.
Ø  Anda berpendapat bahwa anda setuju dengan prinsip open menu. Apa keuntungan bagi masyarakat ?
Ø  Bagi anda yang tidak setuju dengan prinsip open menu dalam PPK. Apa alasan anda?
 Apapun juga pertanyaan yang ada , semuanya bertolak pada  “Kunci Pertanyaan”  yaitu Apa? Siapa?, Dimana?,  Bagaimana?, dan Mengapa?.  Berikut ini ada beberapa panduan praktis menggunakan kata “ kunci pertanyaan” untuk menyusun dan mengajukan pertanyaan.
v  Apa?, Siapa?, Kapan?, dan Dimana? Merupakan kata kunci tanya untuk mengungkapkan fakta.
v  Bagaimana ? Merupakan “ kata kunci tanya”  baik fakta maupun pendapat (opini). Demikian pula dengan  Mengapa? Juga dipergunakan untuk mengungkap gagasan atau pendapat namun lebih berkaitan dengan perspektif waktu

MENFASILITASI DISKUSI
Pada  saat terjadi diskusi  pada kondisi tertentu, peranan fasilitator adalah menjadi salah satu anggota dari diskusi tersebut. Untuk itu fasilitator turut memberikan sumbangan pikiran. Selain itu perana fasilitator membuat diskusi terfokus pada pokok bahasan, memperjelas  atau meminta klarifikasi bilamana peserta nampak kebingungan. Dalam banyak hal terkadang fasilitator perlu membantu suatu diskusi. Ada bebera teknik yang dapat membantu fasilitator dalam memfasilitasi diskusi.
v  Setiap peserta hendaknya mengetahui dan memahami dengan tepat  topik,materi yang didiskusikan dan alasan latar belakang diskusi itu.
v  Berikan kesempatan dan peluang kepada peserta untuk bisa terlibat aktif dalam proses diskusi. Jangan terlalumengarahkan hal ini akan membuat peserta segan dan takut mengambil tanggung jawab
v  Jadilah contoh atau model bagi peserta, contoh tersebut dapat dilakukan ketika akan memulai diskusi
v  Gunakan pertanyaan terbuka untuk menstimulasi diskusi
v  Kelilingi setiap ruangan sambil  melihat dan memperhatikan peserta dalam berdiskusi
v  Buatlah catatan di kertas plano  mengenai hal yang berkaitan dengan materi diskusi, sebagai stimulasi peserta mengemukakan idenya
v  Hubungkan diskusi itu denganpengalamanlangsung peserta
v  Gunakan humor untuk menghilangkan ketegangan
v  Jagalah partisipasi dalamkelompok dan jangan hanya beberapa orang saja yang mendominasi pembicaran
v  Ingatkan peserta kalau ada yang keluar atau lari dari topik pembahasan
v  Buatlah ringkasan dari hasil diskusi agar tahu kemajuan yang telah dicapai
1.       BERSIKAP SABAR
Aspek utama pendampingan adalah proses belajarnya, jika kurang sabar melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil alih proses itu, berarti kita telah mengambil alih kesempatan belajar masyarakat
2.       MENDENGARKAN DAN TIDAK MENDOMINASI
Karena pelaku utama adalah masyarakat, kita harus memberi kesempatan agar masyarakat aktif, pengalihan peran dari fasilitator kepada masyarakat bisa dilakukan sedikit demi sedikit
3.       MENGHARGAI DAN RENDAH HATI
Hargai masyarakat dengan menunjukan minat yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan pengalaman mereka
4.       MAU BELAJAR
Kita tidak dapat bekerja sama dengan masyarakat apabila tidak ingin memahami atau belajar tentang mereka. Seringkali “orang luar” menganggap masyarakat yang serba ketinggalan yang perlu belajar padahal kita bisa juga belajar mengenai ‘mengapa’ sebuah masyarakat mengalami ketinggalan.
5.       BERSIKAP SEDERAJAT
Seringkali kita membandingkan keadaan masyarakat miskin dengan lingkungan lain yang dianggap lebih maju, hal ini perlu dihindari dengan mengembangkan sikap kesederajatan agar kita diterima sebagai teman atau mitra kerja oleh masyarakat
6.       BERSIKAP AKRAB DAN MELEBUR
Hubungan dengan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan informal, akrab dan santai, sehingga suasana kesederajatanpun tercipta. masyarakat biasanya senang apabila kita tidak sungkan untuk melebur kedalam kehidupan mereka.
7.       TIDAK MENGGURUI
Orang dewasa memiliki pengalaman dan pendirian, karena itu kita tidak akan berhasil apabila kita bersikap sebagai guru yang serba tahu, sebaiknya kita belajar dengan saling berbagi pengalaman, agar diperoleh suatu pemahaman yang kaya.
8.       BERWIBAWA
Meskipun di dalam suasana yang akrab dan santai , seorang fasilitator sebaiknya menunjukan kesungguh-sungguhan di dalam bekerja bersama masyarakat, dengan demikian masyarakat akan menghargainya.
9.       TIDAK MEMIHAK, MENILAI DAN MENGKRITIK
Ditengah masyarakat seringkali terjadi pertentangan pendapat. kita tidak boleh menilai dan mengkritik semua pendapat, juga tidak boleh bersikap memihak. secara netral kita berusaha memfasilitasi komunikasi di antara pihak-pihak yang berbeda pendapat, untuk mencari kesepakatan dan jalan keluarnya
10.    BERSIKAP TERBUKA
Biasanya masyarakat akan lebih terbuka apabila telah tumbuh kepercayaan kepada pihak luar, juga jangan segan untuk berterus terang bila merasa kurang mengetahui sesuatu, agar masyarakat memahami bahwa semua orang selalu masih perlu belajar
11.    BERSIKAP POSITIF
Kita mengajak masyarakat untuk mamahami keadaan dirinya dengan menonjolkan potensi-potensi yang ada, bukan sebaliknya mengeluhkan keburukan-keburukannya. Perlu diingat, potensi terbesar setiap masyarakat adalah kemauan dari manusianya sendiri untuk merubah keadaan.

V.  PENGORGANISASIAN PELATIHAN
UNSUR-UNSUR PELATIHAN 
YANG HARUS DIORGANISIR
 












































MENENTUKAN KEBUTUHAN PELATIHAN

 


















































FORM STANDAR PENJAJAGAN KEBUTUHAN PELATIHAN
(TRAINING NEED ASSESSMENT / TNA)


No
Sasaran/Pelaku
Standar kompetensi Tupoksi
Gap/Kesenjangan (sikap, pengetahuan dan ketrampilan) yang masih ada
Materi-materi untuk pelatihan tambahan/lanjutan






































ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN YANG MENDUKUNG TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


KONDISI SAAT INI
( GAP)

PENYEBAB
KEBUTUHAN (PELATIHAN/FASILITASI)
U P K




Memberikan bantuan tehnnis langsung kepada TPK dan kelompok mengenai pembukuan, laporan dan pengembalian dana perguliran
·   Mengetahui pembukuan TPK
·   Mengetahui proses perguliran
·   Dapat membuat laporan keuangan  dan kegiatan
·   Dapat membantu mengembangkan  usaha kelompok
·       UPK belum optimal memberi bimbingan tehnis  tentang pembukuan  , laporan dan pengembalian dana bergulir
·       UPK belum memfasilitasi usaha kelompok
·       Belum tahu tentang  pembukuan  TPK dan kelompok
·       UPK belum tahu cara mengembangkan usaha kelompok

·   Dapat meningkatkan bimbingan tehnis kepada TPK dan Kelompok tentang pembukuan dan pelaporan
·   Peningkatan pengetahuan UPK untuk mengembangkan usaha kelompok

Tehnik fasilitasi
Kurang mampu melakukan fasilitasi dan pendampingan masyarakat
Belum memahami tentang tehnik fasilitasi dan pendampingan masyarakat
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tehnik fasilitasi dan pendampingan masyarakat
T P K




Mengelola kegiatan di desa
Mampu memimpin setiap forum-forum PPK yang ada di desa

TPK hanya membuka dan menutup forum
Belum ada pengetahuan dan ketrampilan memimpin suatu forum
Peningkatan kemampuan dan ketrampilan memimpin forum

Membuat administrasi dan mengarsipkan sesuai dengan kegiatan
Masih banyak administrasi TPK yang belum lengkap
Pemahaman dan tentang ketrampilan pembuatan administrasi dan pengarsipan belum dipunyai
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan administrasi dan pengarsipannya


Membuat rencana pelaksanaan kegiatan
Rencana pelaksanaan belum sesuai dengan realisasi
Pengetahuan dan ketrampilan membuat Rencana Pelaksanaan masih kurang

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan membuat RKTL pelaksanaan

Membuat laporan TPK
Laporan TPK belum lengkap dan belum benar
Pengetahuan dan ketrampilan membuat laporan masih kurang
Masih tergantung FD dan FK
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan membuat laporan

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN
No
Sasaran
Tugas/Tahapan
Kekurangan / Kendala
Kebutuhan

FD dan FT
Desain dan RAB
Belum bisa membuat desain
Belum bisa membuat anggaran
Materi IST Desain dan RAB untuk penguatan FD/FT

FD dan FT
Persiapan penyaluran dan pertanggungjwbn
  Belum paham proses pencairan dana
  Belum tahu dokumen yang digunakan
   Mekanisme pencairan dana
   IST : Pencairan dan Pertanggungjawaban


MATRIK KURIKULUM

Pokok bahasan/ Materi
Tujuan
Metode
Media/alat bantu
Waktu
Fasilitator
Desain dan RAB
1.    FD dan FT paham proses pembuatan desain dan RAB
2.    FD dan FT mampu membuat desain
3.    FD dan FT mampu membuat RAB
4.    FD dan FT mampu memfasilitasi masyarakat membuat desain dan RAB
Pemaparan
Diskusi
Tanya jawab
Praktek

ATK
Contoh soal
Form-form :
-          TOS
-          SAP, VAP, MAP
-          Form RAB
-          Rekap RAB
-          Daftar harga satuan
-          Perhitungan volume
-          Sketsa lokasi
-          Gambar
-          Peta lokasi
Bahan bacaan :
-          Desain dan RAB Instant
-          Analisa BOW
-          Koefisien
8 jam
KMT
FT
IST Persiapan Penyaluran dan pertanggjwb
Sub pokok bahasan
a.     Mekanisme dan prosedur pencairan
b.    Laporan pertanggungjawaban
1.  FD dan FT paham mekanisme dan prosedur pencairan dan penyaluran
2.  FD dan FT paham kelengkapan dokumen pencairan dan pertanggungjawaban
3.  FD dan FT mampu dan tahu cara membuat RPD dan LPD
4.  FD dan FT mampu memfasilitasi TPK dalam pelaksanaan, pencairan, kegiatan dan pelaporan
Pemaparan/ ceramah
Diskusi
Tanya jawab
Praktek
ATK
Dokumen RPD
Dokumen LPD

Bahan bacaan :
-Contoh RPD
-Contoh LPD
 jam
KM Kab
FD


















 
 
Support : Creating Website | KOD Template | FTemplates
Copyright © 2011. KPM Banyuwangi - All Rights Reserved
Modificated by KOD Tutor | Portal Informasi Online
Proudly powered by Blogger